CIO (Chief Information Officer) adalah
puncak karier bagi praktisi teknologi , baik infrastruktur , aplikasi maupun
telekomunikasi . Di beberapa perusahaan jabatan ini juga disebut sebagai chief
technology officer, khususnya bila penekanan perusahaan ada pada sisi
infrastruktur dari teknologi informasi maupun telekomunikasi. Sementara beberapa
perusahaan lain nya menyebutnya sebagai direktur teknologi, vice president
information technology dan beberapa istilah lainnya. Namun, ada kesepakatan
bersama yang tidak tertulis, dimana CIO adalah pejabat tertinggi dibidang
teknologi perusahaan yang juga duduk sebagai bagian dari dewan direksi
perusahaan. CIO yang belum duduk didalam dewan direksi, untuk sekadar
menyamakan persepsi disebut sebagai kepala bagian teknologi saja.
CIO pada intinya memiliki tiga tugas
utama, pertama adalah mengembangkan dan mengoperasikan teknologi yang dimiliki perusahaan,
kedua mendampingi CEO untuk memastikan target tahunan perusahaan, kedua
mendampingi CEO untuk memastikan strategi perusahaan ke depan dapat memenangkan
persaingan. Tugas CIO yang pertama, masih dapat dilakukan oleh seorang kepala
bagian teknologi namun tugas selanjutnya hanya dapat diemban oleh CIO yang
duduk dalam dewan direksi dan terlibat penuh dalam kegiatan strategi dan
rapat-rapat dewan direksi perusahaan.
Tantangan
bagi seorang CIO
CIO dapat dijabat oleh direktur yang
tidak memiliki latar belakang di bidang teknologi, sebagaimana menteri
pertahanan dan keamanan Indonesia yang tidak memilikilatar belakang militer. Namun,
pada saat ini CIO masih selalu diisi oleh direktur latar belakang teknologi. Hal
ini terjadi karena bobot dari penilaian kriteria seorang CIO masih lebih banyak
pada operasional teknologi perusaan. Peran strategic dari CIO itu sendiri masih
cenderung dinomorduakan dan dimasa depan diharapkan peran strategic dari CIO
kian dikedepankan meskipun hal ini membuka peluang lebih luas bagi direktur
berlatar belakang bukan teknologi untuk menduduki jabatan CIO.
Sisi strategic dari CIO hanyalah memastikan strategi teknologi
perusahaan sejalan dengan strategi perusahaan yang tentunya terlihat sederhana
dan sudah seharusnya. Namun, pada sebuah survey1 ditemukan bahwa CEO dan CIO
sama-sama sepakat bahwa tugas pokok CIO berkaitan dengan sisi strategik perusahaan
hanya ketika didiskusikan lebih detail keduanya memiliki versi strategik yang
sangat berbeda. Akibatnya, strategik teknologi pada perusahaan-perusahaan besar
tersebut tidak sejalan dengan strategi perusahaan.
Perusahaan juga berharap strategi teknologi menelurkan
perubahan-perubahan didalam perusahaan dan CIO juga berperan sebagai agen
perubahan perusaan disamping tugas pokonya untuk memastikan teknologi
perusahaan terjaga dengan baik dan di pergunakan secara aman dan optimal. Perusahaan
juga mengharapkan CIO, sebagai bagian dari manajemen perusahaan, secara proaktif
berkontribusi pada berbagai permasalahan perusaan, termasuk permasalahandi luar
bidang teknologi.CIO diharapkan tidak sekedar menggunakan logika biasa dalam
permasalahan tersebut melainkan juga mengerti bisnis perusahaan dan mengenal
solusi bisnis yang dibutuhkan perusaan serta
up-to-date terhadap perusahaan berita penting seputar perusaan dan industry
dimana perusaan berada.
Sebaliknya,
banyak CEO yang masih memiliki keterbatasan dalam memanfaatkan teknologi dan
menghitung keuntungan yang diperoleh melalui keunggulan teknologi. Kelemahan ini
menimbulkan keengganan untuk berinvestasi sementara tren masa jabatan CEO yang
kian pendek membuat fokus dari CEO kian pada pemanfaatan teknologi yang sudah
ada sementara dan bukan pada pengembangannya maupun pada strategi pada jangka
panjang teknologi perusaan. Untuk menjembatani kedua hal tersebutlah maka buku
ini disajikan. Menjadi bahan masukanbagipara CIO, menjadi arah dan pertimbangan
langkah karier bagi praktis teknologi lainnya dan menjadi acuan bagi CEO dan
Direktur lainnya untuk mengoptimalkan manfaat dari investasi teknologi
perusaan.
1. Strategi
Perusahaan di Bidang Teknologi
Perusahaan mengalami
siklus sebagaimana makhluk hidup2 yang mengenal kelahiran, masa
balita, masa remaja, perkawinan, menjadi orang tua, dan seterusnya. Di dalam
pertumbuhannya perusaan juga mengenal adanya krisis yang timbul dari luar. Strategi
pengembangan perusahaan yang tidak tepat juga dapat menimbulkan krisis internal
dan tidak jarang menamatkan riwayat perusahaan, menimbulkan pergantian pemilik
perusahaan maupun penggantian pemilik perusaan maupun penggantain jajaran Manajemen
perusahaan.
Kiat dalam mengantisipasi krisis dalam pertumbuhan perusahaan
dilakukan dengan merujuk kepada 3 tahapan pertumbuhan teknologi perusahaan,
yaitu tahap Office Support, tahap Administration Support dan tahap Advance
Technology. Tahapan Office Support adalah tahapan di mana teknologi hanya
berperan menjalankan fungsi-fungsi yang dipergunakan bersama secara sederhana
dan terbatas untuk keperluan operasionalkantor saja. Tahapan ini dilanjutkan
dengan dikembangkannya core system dan
ERP atau modul-modul terpisah dalam ERP yang disebut sebagai Administration
Support. Selanjutnya tahap Advance Technology dicicirkan dengan nyaris
lengkapnya system yang ada di perusahaan berikut adanya system Dash Board dan
Business Intellegent bagi bagi kepentingan pengambilan keputusan Manajement,
adanya Imaging dan Work Folow System untuk
mengomputerisasi proses bisnis terpenting perusahaan serta ketersediaan
fasilitas Mobile Office dan Virtual Office untuk memastikan tingkatan
produktivitas yang tetap tinggi ketika karyawan bergerak dan berada di luar
kantor.
Pengetahuan akan tahapan pertumbuhan teknologi perusahaan akan
melengkapi strategi CIO untuk secara langsung memberikan kontribusi optimal
pada inisiatif perusahaan yang biasanya berkaitan dengan peningkatan laba dan
biaya operasional, strategi dan solusi saat perusahaan menghadapi tantangan
bisnis dan pengembangan keunggulan kompetitif3 perusahaan. Teknologi
juga dapat dikembangkan bukan hanya sebagai contributor dari strategi
perusahaan melainkan membentuk keunggulan perusahaan melalui teknologi,
keunggulan dalam membidik dan berkomunikasi dengan pangsa pasar perusahaan
berkat adanya teknologi maupun secara jangka panjang menciptakan keunggulan
biaya operasional secara keseluruhan dibandingkan pesaing melalui efektivitas
proses bisnis dan kultur kerja perusahaan yang mengoptimalkan pemberdayaan
teknologi.
2. Implementasi
Teknologi
Strategi perusahaan di bidang
teknologi pada pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk proyek, baik proyek besar
bernilai ratusan miliar rupiah maupun proyek kecil yang acap kali disebut
sebagai kelompok kerja atau task force saja
dan dilakukan secara internal. Kedua jenis proyek tersebut memiliki 4 elemen
yang perlu ada, meski elemen-elemen tersebut pada pelaksanaannya dirangkap oleh
orang yang sama atau diturunkan prioritasnya ke jenjang yang lebih tinggi
rendah. Ke-4 elemen tersebut adalah:
a.
Dukungan
penuh dari Manajenmen yang terkait di mana proyek yang sifatnya strategis
dipimpin langsung oleh CEO sendiri selaku Manajemen.
b.
Adanya
pengarah yang ahli dalam memimpin proyek dan timnya.
c.
Keterlibatan
user sebagai salah satu pimpinan
proyek, nara sumber bisnis, pelaksanaan uji coba dan pemakaian system baru
tersebut.
d.
Keterlibatan
tim teknis yang terdiri atas tim teknologi dan teknis dari dan penjual.
Manajemen tidak hanya memberikan
dukungan dalam bentuk anggaran, akan tetapi juga mendorong jalannya proyek dan
mengevaluasi ruang lingkup dari proyek dan dapat berubah sejalan dengan
perkembangan yang terjadi selama proyek. Manajemen juga harus terampil dalam
memilah-milah prioritas dalam proyek dan berani untuk memutuskan golive dan
menutup proyek dengan sisa pekerjaan dilimpahkan ke kelompok kerja selanjutnya.
Manajemen dalam mengarahkan proyek
dibantu dengan analisis yang kompoten dari CIO dan pengarah proyek. Pengarah
proyek inilah yang menyusun tahapan dari proyek, memastikan sumber daya
keuangan, manusia, waktu dan lain nya dapat teralokasikan secara tepat pada
setiap tahapan di dalam proyek, memastikan sumber daya keuangan, manusia, waktu
dan lainnya dapat teralokasikan secara tepat pada setiap tahapan ddi dalam
proyek, serta menjaga kualitas hasil dari proyek dengan memastikan
langkah-langkah penting di dalam proyek dilaksanakan dengan baik.
Peran user di dalam proyek adalah pemilik dari proyek karena merekalah
yang menikmati dan bekerja dengan system yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Perwakilan
dari user wajib berperan secara
aktif, baik selaku salah satu pimpinan proyek, menjadi narasumber dari proses
bisnis perusahaan dan melakukan uji coba secara insentif sebelum sitem go
live.
Peran natural Departemen Teknologi
selaku tim teknik, juga dapat dibantu oleh ahli dari pemasok sistem tersebut. Peran
Departemen Teknologi cenderung tidak dominan khususnya dalam implementasi
aplikasi disebabkan tim internal biasanya juga baru mengenal teknologi yang
diimplementasikan. Sebagai besar pekerjaan teknik masih dilakukan oleh tim
teknik eksternal pada masa implementasi proyek dan kemudian digantikan oleh
Departemen Teknologi setelah proyek selesai.
3. Membangun
Organisasi Bisnis
Organisasi teknologi secara
tradisional selalu dikaitkan secara teknik dengan aplikasi, infrastuktur dan
telekomunikasi. Bentuk organisasi ini kurang sejalan dalam mengantisipasi
tantangan bisnis perusahaan yang dinamis. Organisasi teknologi perlu mengadopsi
organisasi bisnis, di mana terdapat fungsi produksi sebagai bentuk tradisional
teknologi yang terdiri atas aplikasi, infrastruktur dan telekomunikasi namun organisasi teknologi
juga mengenal fungsi marketing untuk menyajikan solusi secara proaktif bagi
kepentingan bisnis, fungsi keuangan untuk menciptakan keterkaitan antara
investasi dan biaya operasional teknologi dengan anggaran dan penerimaan
perusahaan serta fungsi kepegawaian untuk menjaga turn-over karyawan teknologi dan mengembangkan pengetahuan mereka
agar dapat mengantisipasi tantangan bisnis dan perkembangan teknologi yang
terjadi.
Organisasi teknologi
yang mengacu pada organisasi bisnis belum membentuk Strategic Unit yang mandiri namun hal ini
dapat dikembangkan di kemudian hari bila perusahaan ingin memisahkan teknologi
dari induk perusahaan dalam bentuk unit bisnis independen. Sejalan dengan
perubahan pada organisasi teknologi peran individual CIO juga turut
dikembangkan. CIO sebagai calon pemimpin unit bisnis independen harus mengenal bisnis
dan bertindak sebagai pemimpin bisnis di samping peran naturalnya sebagai
pemimpin teknologi dan agen perubahan cara kerja dan kultur perusahaan sebagai
dampak dari implementasi teknologi.
Sumber :
Menuju CIO Kelas Dunia, Anjar Kuncoro, Elex Media Komputindo
Tidak ada komentar